Selamat Datang di Website Departemen Agribisnis - IPB University

Agribisnis

Asosiasi Agribisnis Indonesia (AAI) bersama Departemen Agribisnis IPB Gelar Webinar Diskusikan Dampak Covid-19 pada Rantai Pasok Pertanian dan Pangan,

Web-Seminar Agribusiness Strategic Talk dengan topik “Covid -19 : Implication For Agriculture And Food Supply Chains” yang berlangsung pada Selasa (12/05/20) tersebut menampilkan 2 narasumber utama yaitu : Dr Ammar Abdul Aziz (Dosen Senior Agribisnis, The University of Queensland-Australia) dan Dr. Risti Permani (Dosen Senior Agribisnis, Deakin University-Australia) yang dimoderatori oleh Dr Suprehatin (Dosen Agribisnis, IPB University). Web-Seminar melalui aplikasi zoom meeting ini diikuti antusias oleh mahasiswa, para akademisi dari berbagai universitas/daerah maupun instansi dari pemerintah.

Dalam pembukaannya, Prof. Nunung Nuryartono sebagai Dekan FEM IPB University menjelaskan bahwa adanya kebijakan lock down untuk mengurangi penyebaran virus Covid-19 ini, telah mengakibatkan banyak negara mengalami gangguan pada sisi rantai pasok komoditas pertanian dan pangan. “FAO telah memperingkatkan semua negara mengenai adanya ancaman krisis pangan di masa mendatang dan berharap semua negara mempersiapkan diri guna menghadapi ancaman tersebut” Ungkapnya.

Sebagai pemateri pertama, Dr. Risti Permani memaparkan mengenai dampak yang diakibatkan Covid-19 telah dirasakan oleh seluruh pelaku rantai pasok pertanian, mulai dari supplier, produsen, pengolah hasil, distributor, retailer hingga konsumen. “Pada segmen konsumen dan retailer, dalam jangka pendek menyebabkan panic buying oleh konsumen, pada segmen distributor, tantangan logistic pada keterbatasan angkutan dan batasan mobilitas, pada segmen pengolah hasil, adanya kesulitan atas input bahan baku dan pada segmen produksi, terjadi kekurangan tenaga kerja dan input di lahan”, paparnya.

1 3 2 4

Sementara itu, pemateri kedua, Dr Ammar Abdul Aziz menjelaskan bahwa Covid-19 telah berdampak pada semua orang, terutama yang rentan adalah petani kecil dan komunitas kecil terhadap ketersediaan, aksesibilitas dan keterjangkauan. “Penggunaan teknologi informasi komunikasi dan e-commerce; bantuan pemerintah atau subsidi; kemitraan partisipatif baik pemerintah maupun swasta dan Community Supported Agriculture (CSA) dengan membawa komunitas dan produsen kecil bersama, produksi berkelanjutan, membagi risiko produksi, distribusi yang terstruktur dan terjadwal menjadi langkah untuk mengatasi masalah tersebut.” Jelasnya.